About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Saturday 30 December 2023

MENEMPATKAN SIKAP TOLERANSI SESUAI PORSINYA

 Oleh :  Maedi 


Muqodimah

Dibulan desember serimgkali kita mendengar kalimat atau ungkapan “ toleransi “  dan itu seringkali kita dengar baik oleh pejabat publik maupun tokoh masyarakat karena dihadapkan pada satu moment hari perayaan agama nasrani yakni Natal dan tahun baru. Ungkapan toleransi itu ditujukan pada masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim agar bisa menghargai perbedaan keyakinan terhadap sesama anak bangsa.

Umat Islam Indonesia sebenarnya sangat toleran,dan menghargai perbedaan keyakinan agama orang lain.  Disetiap tahun masyarakat non muslim saat merayakan hari rayanya tidak pernah ada kerusuhan apalagi keributan, kecuali ada faktor politik dan kepentingan yang menjadikan suasana menjadi tidak kondusif dimana masyarakat begitu mudah terhasut.

Sepanjang pengetahuan saya semenjak kecil sampai sekarang belum pernah terjadi kerusuhan apalagi keributan sampai memakan korban di saat acara perayaan non muslim. Qodarullah daerah saya sendiri diapit oleh dua wilayah kecamatan yang berbeda yakni kecamatan Arjawinangun dan kecamatan Jamblang. Di kedua kecamatan tersebut ada minoritas non muslim dan berdiri Gereja dan Wihara , bahkan di Arjawinangun ada Geraja dan Wihara berdampingan dengan Masjid tetapi mereka sangat khusus dan kondusif , begitupula di kota Cirebon tepatnya didaerah Dukuh Semar ada Gereja berhadapan dengan Masjid, di Jln Bahagia ada sekolah Santa Maria ( Nasrani ) berhadapan langsung dengan SMK, SMP Muhammadiyah ( Muslim ).

Artinya masyarakat kita begitu toleran dan sangat menghargai perbedaan keyakinan antar sesama anak bangsa. Mereka hidup berdampingan bermu’amlah dengan baik layaknya hidup bertentangga.

Kemudian pertanyaanya apa itu toleransi ? bagaimana sikap muslim terhadap toleransi dan bagaimana pandangan Islam tentang toleransi ? , karena akhir akhir ini banyak opini yang menyudutkan umat Islam yang mayoritas seakan tidak toleran terhadap keberagaman yang ada di Indonesia termasuk didalamnya perbedaan keyakinan. Kerusuhan di beberapa tempat pada tahun tahun yang lalu selalu dikatkan di Islam dan umatnya padahal kalau ditelusuri dari akar masalahnya itu disebabkan adanya faktor kebijakan politik dan ketidakadilan sosial yang  berakibat terjadinya ketimpangan sosial. Sehingga masyarakat sangat mudah di hasut lewat isu dan sentimen yang mengatasnamakan agama.

Pengertian Toleransi

Toleransi adalah sikap saling menghargai, menghormati, dan menerima perbedaan antara individu atau kelompok dalam hal keyakinan, pendapat, atau kepercayaan.
Secara etimologi, kata “toleransi” berasal dari bahasa Latin “tolerare” yang berarti sabar dan menahan diri. Secara terminologi , toleransi mengacu pada sikap yang tidak memaksakan kehendak, tidak mencela, dan tidak merendahkan orang lain karena perbedaan yang ada. (disadur dari laman https://fahum.umsu.ac.id/toleransi-pengertian-tujuan-dan-unsur-di-dalamnya/)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah sikap menghagai perbedaan baik bahasa, suku maupun keyakinan yang direalisasikan lewat hidup rukun dalam bermasyarakat. Sikap tersebut sudah dibuktikan umat Islam sebagaiman penulis sampaikan diatas pada muqodimah. Artinya umat Islam tidak usah diajari tentang toleransi karean sudah mempraktekanya dalam kehidupan sehari hari di masyarakat dari dulu hingga sekarang.

Sikap Muslim terhadap toleransi

Mengacu pada pengertian toleransi diatas lantas apakah kita sebagai seorang muslim kemudian  ikut larut dalam perayaan hari  besar keagamaan mereka ? Maka dengan tegas tidak, karena perkara tersebut sudah menyangkut masalah prinsip kayakinan ( aqidah ) . Sebagai seorang muslim yang terikat dengan keyakinan tentu punya batasan mana wilayah keyakinan dan mana wilayah muamalah ( sosial ). Ketika menyangkut wilayah keyakinan harus bersikap tegas dan tidak boleh dicampuradukan antara hak dan batil.  

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait asbabun nuzul Surat Al Kafirun ini. Bahwa Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Abdul Muthalib dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka mengatakan, “Wahai Muhammad, marilah kami menyembah Tuhan yang kamu sembah dan kamu menyembah Tuhan yang kami sembah. Kita bersama-sama ikut serta dalam perkara ini. Jika ternyata agamamu lebih baik dari agama kami, kami telah ikut serta dan mengambil keuntungan kami dalam agamamu. Jika ternyata agama kami lebih baik dari agamamu, kamu telah ikut serta dan mengambil keuntunganmu dalam agama kami.” Penawaran seperti itu adalah penawaran yang bodoh dan konyol. Maka Allah pun menurunkan Surat Al Kafirun sebagai jawaban tegas bahwa Rasulullah berlepas diri dari agama mereka. ( disadur dari lama https://bersamadakwah.net/surat-al-kafirun/

Kisah yang kedua dari salah seorang sahabat Nabi, sosok yang menjadi teladan kita, tokoh besar yang sangat kita kagumi yaitu Umar bin Khaththab radhiallahu anhu terkait dengan prinsip hidup diatas yang patut kita renungkan. Kisah ini terjadi saat Umar bin Khaththab datang ke Syam untuk menerima penyerahan Baitul Maqdis dari Romawi setelah mereka takluk di bawah kekuatan kaum Muslimin. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, dari Thariq bin Syihab rahimahullah, ia mengatakan:

Umar bin Khaththab keluar menuju Syam dan bersama kami Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, lalu mereka sampai di sebuah genangan air (becek) sedangkan Umar saat itu berada di atas untanya. Umar pun turun dari untanya, kemudian membuka kedua sepatunya dan menggantungkannya di pundaknya, mengambil tali kekang untanya lantas ia pun masuk ke dalam genangan air tersebut. Sehingga Abu Ubaidah pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin, engkau melakukan hal ini?! Engkau membuka kedua sepatumu dan meletakkannya di pundakmu, mengambil tali kekang untamu lalu masuk ke dalam genagan air itu?! Sesunguhnya penduduk negeri ini (Romawi) tengah berdiri tegak menyambut untuk memuliakanmu…” Umar berkata: Uh, seandainya yang mengucapkan ini bukan engkau wahai Abu Ubaidah tentu aku menghukumnya sehingga menjadi pelajaran untuk umat Muhammad shallallhu ‘alaihi wasallam. Sesungguhnya kita dahulu adalah kaum yang paling hina, lalu Allah pun memuliakan kita dengan Islam. Bilamana kita mencari kemuliaan pada selain sesuatu yang Allah telah memuluakan kita dengannya (Islam) maka pasti Allah justru akan menghinakan kita. (Al-Mustadrak: 214, disadur dari islamweb.net dengan judul: Qishshah Khuruj Umar Ila Asy-Syam)

Dari kedua kisah diatas menggambarkan sebuah prinsip hidup seorang muslim dalam hal memegang teguh keyakinan serta merasa bangga dan cukup dengan kemuliaan agama Islam. Kecuali dalam perkara muamalah atau sosial maka seorang muslim boleh bekerjasama dengan non muslim seperti kegiatan sosial, bisnis, berdagang karena nabi sendiri perna kerjama dalam bisnis dengan orang orang Yahudi.

Dan di setiap akhir tahun Masehi, selalu menjadi ujian bagi umat Islam terhadap akidah dan prinsip hidup mereka. Jangan sampai mengatasnamakan toleransi kemudian kita menggadaikan keyakinan kita dan merendahkan kemulian Islam sebagai agama yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala

Wallahu ‘alam


Friday 29 December 2023

RENUNGAN INDAH DIAKHIR TAHUN


Oleh : MAEDI 

Tak terasa kita sudah berada diujung akhir tahun 2023, sepertinya baru kemarin menjalani kehidupan yang penuh dinamika dan banyak menguras waktu, tenaga dan fikiran dan Insya Allah kita akan memasuki tahun 2024. Disadari atau tidak momentum pergantian tahun atau pergantian hari telah mengurangi jatah waktu kita untuk eksis didunia dan semakin dekat dengan ajal ntuk meninggalkan dunia yang fanah yang penuh dengan drama. 

Artinya bahwa kehidupan ini tidaklah lama hanya sebentar, semakin bertambahnya usia bukan semakin kita akan belama-lama akan tetapi kita akan semakin dekat dengan yang namanya kematian. 

Basyr bin Al-Harits rahimahullah pernah berkata,

“Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashrah dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu. Ajalku ternyata semakin dekat, tetapi belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir Al-‘Ilm, 1:46).

Saat  kesadaran diri sudah mulai muncul maka akan timbul sebuah pertanyaan yang mengelitik dari lubuk hati yang paling dalam ; " Bekal apa yang sudah dsiapkan saat kita menghadap sang Ilahi dan jawaban apa yang harus diungkapkan saat kita dimintai pertanggungjawaban! , sementara jata waktu sebanyak 24 jam yang  Allah berikan kepada kita belum maksimal digunakan untuk kepetingan akhirat, yang justru lebih banyak digunakan untuk urusan dunia dan cenderung mengabaikan kepentingan akhirat. Berapa banyak manusia yang lalai akan kehidupan akhirat. Mereka sibuk mengejar dunia. Mereka tidak mau mengenal Islam tidak mau belajar agama bahkan sampai lupa akan kewajiban shalat 5 waktu serta kewajiban lainya. Allah mengingatkan kita dalam firmanya : 

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashash: 77).

Dari pertanyaan pertanyaan yang mengelitik itulah bagi jiwa yang hanif akan tumbuh dalam hatinya rasa takut dan. khawatir.  Dari rasa takut itulah akan membuahkan sikap kehati- hatian dalam bersikap dan bertindak. Karena disetiap tindakan yang dilakukanya akan mengandung konsekwensi yang harus dipertanggungjawabkan,  bukan hanya didunia akan tetapi kelak diakhirat. 

Oleh karena itu momentum pergantian tahun bukan untuk mengekspresikan eforia kegembiraan secara berlebihan sampai melampui batas bahkan semalam suntuk kita begadang dan berpesta fora. Akan tetapi bagi kita orang beragama momentum pergantian tahun hendaknya di gunakan untuk melakukan reflkesi atau muhassabah karena kita sadar bahwa jata waktu kita berkurang dan ajal semakin dekat. 

Masa lalu dalam pandangan Islam adalah " pelajaran kehidupan " agar kita lebih menata lagi kehidupan yang lebih baik. Kita tidak boleh larut dalam kesedihan dan ketidakbaikan yang perna kita lakukan akan tetapi jadikan itu sebuah pelajaran  indah untuk hari esok yang lebih baik.  Allah berfirman 

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya (di waktu yang telah berlalu) untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hasyr ayat 18)

Selamat bertaffakur dan merenung  sebagaimana yang disampaikan Ibnu Abas ;" Merenung sesaat lebih baik daripada shalatulail "  

Karena dari hasil renungan itulah akan tumbuh benih benih kesadaran. Itulah secercik pemikiran dari alfakir mudah mudahan bermanfaat  


Wallahu'alam 


Monday 4 October 2021

Gelora sang aktifis

Oleh : Maedi

Dunia aktifis tidak pernah sepi dari dinamika dan gejolak yang terjadi baik diinternal maupun eksternal lingkungan. Perjalanan hidupnya selalu dihadapkan pada tantangan. Segudang agenda selalu dirancang demi tuntutan perubahan zaman. Hampir di setiap langkah dan geraknya tidak pernah sepi , dan yang terfikir dalam benaknya adalah bagaimana mewujudkan perubahan dari setiap langkah yang dilakukannya.

Cita cita luhurnya terprogram secara sistematis, terarah melalui program jangka pendek menengah dan kedepan.

Ketidaktercapainya  dalam melaksanakan program bukan menjadi alasan untuk menyerah tetapi itu hanya kesusksesan yang tertunda, Penekananya pada  evaluasi dari setiap kegagalan sebagai pelajaran terindah untuk proses evaluasi.

Jiwa seorang aktivis begitu kuat dan tak pernah padam dalam menjalankan dinamika perjuangan sebagai wujud komitmen dan tanggung jawabnya. Itulah karakter dan kepribadian dari jiwa - jiwa yg bergelora.

Jiwa nya selalu bergejolak dan  berontak ingin selalu melangkah,  kepekaan nya begitu kuat terhadap dinamika yang terjadi di masyarakat.

Sikap kritisnya sangat mengemuka ketika ada penyimpangan yang terjadi di depannya.

Ia selalu memberikan solusi kepada pemangku kebijakan atas problem yang menerpa lingkungan masyarakatnya melalui pengamatan empirik sebagai wujud komitmenya mengadvokasi masyarakat.

Keberadaan dan eksistensi nya di tengah masyarakat berperan sebagai agen of change dalam upaya merekayasa kehidupan sosial dari  yang kurang baik menjadi lebih baik,  lewat aksinya

Ketika diamanati untuk mengurus sebuah pergerakan ia akan totalitas, ia tuangkan idealismenya dalam bentuk aksi bukan sebatas  rotorika, teori dan konsep,  karena ia sadar betul saat berada di masyarakat  yang dibutuhkan kerja nyata, sehingga masyarakat merasakan kehadirannya sebagai solusi,  sebaliknya pada saat ia berada di ruang diskusi maka logoka berfikirnya ia gunakan untuk mematahkan argumentasi " lawan" untuk meluruskan kekeliruan dalam berfikir.

 Aktifitis Ideologis vs Aktifis Oportunis

Pemaparan diatas merupakan gambaran kecil sosok dari karakter sang aktifis, ia begitu kuat memegang prinsip, serta komitmenya yang ia diwujudkan dalam bentuk aksi dan  tanggungjawab.

Kepribadinya merupakan ekspresi dari jiwa yang kuat dengan landasan pemahaman teologis yang dalam. Hal inil jauh berbeda dengan aktifis oportunis saat melakukan aktifitasnya berlandas kan nilai nilai keduniaan, segala sesuatu diukur dengan  keduniaan . Dimana ada gula disana ia akan merapat untuk mendapatkan manisnya dunia . Berbagai alasan ia ungkapkan untuk menghindari diri dari ranah perjuangan yang murni. Seribu macam alasan ia ungkapkan dari mulai kesibukan, keluarga, karir untuk lari dari tanggung jawab . Karena dianggap kurang menguntungkan dari sisi keduniaan. Bahasa lisan dan tulisanya  begitu menawan, seakan ia sosok aktifis sejati.

Aktifis sejati sunyi dari kata kata dan senyap dalam pergumulan dinamika yang terjadi tetapi begitu terasa  kehadirannya sehingga keberadaanya  bisa  memberi manfaat bagi orang lain

Dalam kehidupan spiritual seorang aktivis akan selalu memanfaatkan moment  indah saat berkomunikasi dengan sang Khaliq,  ia curahkan isi hatinya lewat doa. Ia lebih suka menempuh jalan kesunyian disaat banyak orang terlelap dalam mimpinya, ia bangun  larut  dan tenggelam dalam lautan cintaNya , lelahnya akan hilang seketika disaat ia berinteraksi dan berkomunikasi dengan Tuhanya  lewat tahajud dan doa yang ia panjatkan .

Jalan kesunyian bagi dirinya lebih menginspirasi untuk menata Kembali langkah langkah perjuangan yang akan ia tempuh. Jalan kesunyian akan lebih fokus dalam mengembalikan energi positif untuk mendapat asupan keimanan dan ketaqwaan agar  lebih kokoh lagi dalam menghadapi tantangan dan rintangan.

Kata katanya mula terdengar indah  satu persatu ia sebut para mad'unya ( sasaran da'wah nya )  dalam doa agar menjadi kader yang kelak bisa meneruskan perjuangannya. Hati nya mulai lapang seakan tak ada beban saat hatinya memaafkan setiap cacian dan hinaan  yang ia terima dari orang orang yang memusuhinya

Wallahu 'alam 

Tuesday 31 July 2018

Pendekatan Cinta kunci Indahnya Hidup


 Oleh
 Maedi

Keindahan hidup itu terletak pada sejaumana hati kita menerima setiap pemberian dari Allah,banyak maupun sedikit ,kesabaran dalam setiap ujian baik maupun buruk, suka maupun duka.
Rentetan perjalanan hidup akan selalu menemui aral rintang dan kerikil yang tajam yang sesekali akan melukai anggota tubuh kita. Kesedihan kegembiraan, tangis dan tawa akan selalu mengisi ruang dalam hati setiap insane.
Perselisihan ,perdebatan beda pandangan selalu kita saksikan baik di ”warung kopi”  sampai dimedia televise yang terkadang berakhir dengan perpecahan. Itu semua karena miskinya kearifan dan gersangnya kebijaksanaan .
Kearifan dan kebijaksanaan bagian dari kebahagiaan hidup yang selalu memandang perbedaan dalam kacamata “ cinta “  . Sehingga saat berjumpa dengan yang berbeda baik pada tataran sosial, ekonomi maupun teologis  maka sisi humanism yang selalu dikedepankan bukan kedangkalan berfikir yang selalu melahirkan kepicikan dalam bersikap.
Pada konteks sosial pendekatan “ cinta”  akan selalu merajut benang yang kusut yang salalu berupaya menyambung silaturahim bertukar fikiran dan selalu melakukan kontak dialogis untuk menyamakan visi dan persepsi, selalu memandang dari sisi kesamaan dan sekuat mungkin menghindari sisi perbedaan.
Pada tataran pendidikan , pendekatan “ cinta ”  akan senantiasa berusaha untuk mengembangkan potensi para peserta didik bukan dengan menghardik. Kunci kesuksesan dari sebuah pendidikan adalah ketauladan dari para pendidik. Ketauladan hanya ada pada jiwa – jiwa yang dalam hatinya  ada aura cinta yang terpancar dalam sikap dan perilakunya dalam aktifitasnya.
Dalam kehidupan ekonomi jiwa yang penuh cinta akan merasakan cukup apa yang sudah diberikan. Mereka tidak banyak menuntut tetapi senantiasa banyak berbuat ( ikhtiar ) mereka sedikit bicara tetapi banyak bekerja dan hasil akhirnya mereka serahkan pada Zat yang maha kuasa.
Ketenangan, kedamaian dan kewibawaan akan senantiasa melekat pada jiwa-jiwa yang penuh cinta. Dalam kehidupan spiritualnya mereka senantiasa larut dalam gelora cinta pada Zat yang penuh cinta. Dinginya cuaca  dan gelapnya malam bukan penghalang untuk “bercinta dengan rabbnya “ justru suasana itu sebagai penyemangat. Lupan dan curahan hati dia ungkapkan pada Zat yang maha bisa memberi solusi, lidahnya tidak pernah berhenti dalam menyebut asmanya diiringi deraian airmata yang membasahi pipinya. Itulah pantulan cinta dari sang pemberi Rahmat sehingga mahluk sekitarnyapun merasakan aura cinta dari setiap langkah saat ia melakukan aktifitas kehidupan di ruang nyata.
Pendekatan cinta butuh proses karena yang ditata bukan fisik tetapi jiwa dan hati nurani. Proses penataanya bukan hanya dengan ilmu tetapi lebih daripada itu. Ada upaya untuk mengamalkan ilmu yang didapatinya dengan selalu memohon padaNya agar ilmu yang didapat bisa diamalkan dan selalu berharap agar senantiasa mendapatkan bimbingan dariNya .
Kita bisa saksikan berapa banyak orang yang berilmu tetapi dengan ilmunya justru memuncul kesombongan dan kecongkakan dalam jiwanya sehingga dengan mudahnya menolak kebenaran dan merendahkan orang lain tanpa ada rasa empati dan simpati. Telah hilang darinya kearifaran dan kebijaksanaan karena hilangnya nilai-nilai ilahiyah dari jiwanya sehingga rapuh dari nilai-nilai cinta dipojok hati nuraninya
Pendekatan cinta butuh kekuatan logika untuk bisa memahami pesan-pesan Ilahiyah yang tersurat maupun tersirat sehingga akan melahirkan rasa empati dan simpati pada lingkungan sekitarnya. Karena ia banyak belajar dari ayat-ayat kauniyah yang ada disekitar lingkunganya, Keelokan dan kecantikan alam semesta yang kita saksikan setiap hari bukti cinta sang pencipta pada ciptaanya ( mahluk ). Begitu pula manusia saat ia melakukan aktifitasnya kalau ia dasari dengan rasa cinta maka hasilnya akan bisa dilihat indah . Cinta adalah bahas universal yang hamper setiap insane akan merasakan keindahanya, kedamaianya saat cinta bersemayam di lubuk hatinya . Cinta akan melahirkan semangat dan ketulusan. Ketulusan inilah yang menjadikan setan tak berdaya untuk menggodanya karena hatinya telah terpaut pada zat yang menanmkan cinta.
Maka pantaslah jiwa-jiwa yang dipenuhi rasa cinta hidupnya akan selalu bahagia walau badai cobaan menerpanya. Saat ujian kesulitan menghampirinya dia senantiasa sabar karena dia faham betul bahwa dibalik ujian aka nada keindahan begitu pula saat duniawiyah mencukupinya  ia senantiasa bersyukur dengan berbagi kesenangan dan kegembiraan dengan  lingkungan sekitarnya
Mudahan – mudahan secuil dan secercah pemikiran ini bisa bermanfaat terutama buat alfaqir
Wallahu’alam

Sunday 8 July 2018

Rindu kebenaran dan nilai perjuangan


Oleh : Maedi 
Kerinduan ingin selalu dekat dengan kebenaran semakin dalam dan kuat itulah naluri fitriayah setiap insane. Tapi disisi yang lain ada upaya untuk menghalangi , menghadangnya . Namun ada kekuatan yang tidak terhalangi oleh kekuatan manapun yakni Allah azawajalla. Disanalah setiap insan hadir untuk bersimpuh meminta perlindungan dan pertolongan akan dahsyatnya kekuatan untuk menyeret pada jalan kebenaran .
Hanya mengandalkan kekeuatan hati untuk bersabar dalam menghadapi ujian hidup dengan bertawakal kepadnya maka akan mengalirlah sebuah solusi dan dibentangkan jalan untuk dimudahkan dalam menggapainya.
Saudaraku … Demi Allah jika kita bertawakal kepadaNya past dan pastilah akan beri jalan .. asal kita mau bersabar sambil terus berikhtiar …
Saudaraku,… tantangan yang akan kita hadapi datang bukan saja dari luar akan tetapi bisa muncul dari diri  kita, adakalah kita akan merasakan jenuh, bosan dan masa bodoh  dalam menghadapi kehidupan dan dunia da’wah  sehingga itu akan menjatuhkan diri kita kedalam kemalasan dan keapatisan dalam mensikapi fenomena yang ada .
Fenomena futu dalam da’wah hamper dirasakan oleh semua aktifis da’wah , maka perlu kiranya kita tingkatkan kualitas diri kita dengan memperkuat energy keimanan dengan banyak mendekatkan diri kita kepada sang pemberi energy Allah subhanahuwataala. Berikutkan kita rajin-rajinlah bersilaturahmi dengan orang – orang soleh , itu akan menambah kekuatan iman karena dalam prosesnya disabna ada proses tawasobil haq dan tawasobissobr. Sehingga kita akan senantiasa diingatkan dicas kembali semangat dan energy keimanan. Setelah itu kita sering-seringlah belajar , mentadaburi ayat yang ada dalam alquran maupun ayat - ayat yang ada dalam alam semesta. Karena ayat  ciptaan Allah itu akan banyak menginspirasi kita untuk terus meningkatkan kualitas iman dan kualitas hidup. Sehingga kita senantiasa bersemangat dan selalu energik dalam menghadapi kehidupan ini    

Monday 25 June 2018

Jalan Kesunyian

Oleh :
Maedi

Malam semakin larut , hening bisu nyaris tak ada suara walau sesekali terdengar suara binatang malam namun itu segera sirna ditelan kesunyian
Seorang hamba berjalan melangkahkan kakinya, selangkah demi selangkah menembus gelapnya malam serta menyingkap dinginya udara ...
Suara lantunan ayat suci dari bilik rumahMu seakan memecahkan kesunyian dan mengurai udara pagi yang menyehatkan badan
Seorang hamba duduk bersimpuh dirumahMu sambil menunggu waktu adzan
Suara lirih diiringi lantuanan dzikir seakan memanggil pintu hati kesadaran dan tak terasa air matapun bercucuran ...
Dia senantiasa memandang potret perjalanan hidupnya dari pagi hingga petang hanya untuk mendapatkan pengampunan atas kekhilafan yang dilakukan serta ditetapkan dalam isiqomahnya dalam menjalankan ketaatan.
Jalan kesunyian seakan menawarkan sebuah harapan akan masa depan....... ya masa depan yang semua insan akan datang menuju keharibaNya
Jalan kesunyian bukan berarti dia pasif apalagi apatis tetapi justru terdorong dalam jiwanya sikap agersif dan responsif terhadap dinamka kehidupan yang menimpa dirinya dan umatnya . Dia berusaha hadir disaat umat membutuhkan . Dia menjadi penanenang disaat umatnya galau ...
Jalan kesunyian senantiasa selalu  menyerap energi postif saat ia dapatkan di sepertiga malam sebagai bekal kehidupan
Jalan kesunyian menawarkan banyak perenungan agar tidak terjebak dalam lamunan

Saturday 15 October 2016

Materi Diskusi Kelompok Mata Kuliah KeMuhammadiyahan dan Agama Prodi Pendidikan IPA dan Prodi Pendidikan B. Inggris Smstr 1 UMC

Kelompok 1

Tahap-tahap perkembangan Indonesia sebagai Bangsa

Kelompok II

Kehidupan dan pokok-pokok pemikiran KH. Ahmad Dahlan

Kelompok III

Tahap perkembangan Muhammadiyah

Kelompok IV

Fungsi dan Misi Persyarikatan Muhammadiyah

Kelompok V

Pokok-pokok pemikiran Muhammadiyah

Kelompok VI

Prinsip Da'wah Dan Pengembangan Masyarakat

Kelompok VII

Fungsi ekonomi dan politik dalam pengembangan da'wah


Materi  Diskusi Mata Kuliah Agama Prodi B. Inggris UMC

Kelompok 1

Manusia dan Agama

Kelompok II

Agama dan Agama Islam

Kelompok III

Klasifikasi Agama

Kelompok IV

Agama Islam dan IPTEQ

Kelompok V

Sumber Agama Islam