About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Thursday 29 November 2012

Kepemimpinan



Oleh : Maedi 

A.Pendahuluan 

Dalam suatu acara yang disiarkan media elektronik tv swasta[1] bahwa “ Indonesia telah gagal menjadi suatu bangsa”. Informasi itu berasal dari LSM asing yang mengamati kondisi dan perkembangan Indonesia dari awal reformasi hingga sekarang, yang syarat dengan nuansa kekerasan, kebebasan tanpa aturan, pelanggaran hak-hak azasi manusia, pelanggaran hukum, korupsi. 

Kedudukan Media Pembelajaran Dalam Konteks Komunikasi Pendidikan dan Dalam Sistem Pembelajaran



Oleh : Maedi
 
A.   Pendahuluan
Disadari atau tidak era globalisasi sudah berada ditengah-tengah kita. Keberadaanya sangat berpengaruh terhadap pola fikir atau cara pandang masyarakat . Hal ini harus direspon dan ditanggapai secara serius sehingga kita tidak ketinggalan informasi dan wawasan pengetahuan. Terlebih bagi seseorang  yang konsen terhadap dunia pendidikan , maka harus diperhatikan dan direspons secara serius. Kalau kita bersikap apatais maka kita akan ketinggalan didalam mengakses informasi dan wawasan  keilmuan.
Didunia pendidikan dinamika kelimuan yang syarat dengan wawasan dan informasi  begitu pesat, maka diperlukan ide kreatif didalam mengemas dan mengelola sebuah lembaga pendidikan yang berorientasi pada mutu peserta didik. Untuk menunjang dan menyeimbangkan  harus ditopang dengan sarana dalam hal ini media pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan.[1]
Peran media pembelajaran sangat penting didalam proses pembelajaran dikelas untuk memudahkan anak didalam menerima informasi lewat pesan yang disampaikan guru ketika menyampaikan materi. Seorang peserta didik akan dapat memperoleh pemahaman atau pengetahuan dengan cara mengelola rangsangan dari luar yang ditanggapi oleh inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran, maupun indera lainnya. Semakin tanggap seseorang tentang obyek orang atau kejadian semakin baik pula proses pengetahuan atau pemahaman yang dialami.Pada konteks inilah, media memainkan perannya dengan membantu dan memfasilitasi peserta didik lebih mudah memahami dan mengelola apa yang diterimanya. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar secara tepat dapat membantu menjadikan pengalaman belajar lebih jelas. Edgar Dale (dalam Lataheru; 1988: 23)[2] menyebutkan beberapa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut: (1) Perhatian anak terhadap materi tinggi:(2) Anak didik mendapatkan pengalaman kongkret; (3) Mendorong anak untuk belajar secara mandiri; (4) Hasil yang dipelajari atau diperoleh anak didik sulit dilupakan.
B.     Peran dan Fungsi  Media dalam Pembelajaran
Ada tiga kemampuan atau fungsi media menurut Gerlach dan Ely (dalam Ibrahim, 1982 : 10-11 ) [3]yang meliputi :
1.       Kemampuan fiksatif ( Fixatif property)
Media memiliki mkemampuan menangkap, menyimpan, dan kemudian menampilkankembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu obyek atau kejadian dapat digambar , dpotret, difilmkan, atau direkam kemudian disimpan lama pada saat yang diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2.      Kemampuan manipulatif (manipulative property)
Media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan. Artinya, penampilan suatu obyek atau kejadian dapat dirubah-rubah ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang.
a.       Kemampuan distributive ( Distributive Property)
Media dapat menjangkau audience yang sangat banyak dalam sekali penampilan obyek atau kejadian .
Sementara dalam konteks berlangsungnya proses belajar dengan segala dinamikanya, media mempunyai fungsi atau peran untuk menghindari hambatan atau gangguan komunikasi dalam poroses kegiatan belajar mengajar (idem, 1982: 12). Secara garis besar peranan media yang dimaksud antara lain:
a.  Menghindari terjadinya verbalisme
b.  Membangkitkan minat atau motivasi siswa;
c.  Menarik perhatian siswa;
d.  Mengatasi keterbatasan: ruang, waktu, dan ukuran;
e.  Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar: dan
f.  Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
Media dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran baik secara klasikal maupun individual. Dalam pembelajaran klasikal, media menjadi bagian integral dari proses pembelajaran itu sendiri. Melalui penggunaan media, siswa dapat terlibat langsung dengan materi yang sedang dipelajari. Misalnya, penggunaan media realia atau benda nyata akan memberikan pengalaman belajar (learning experiences) yang sesungguhnya kepada siswa. Siswa dapat menyentuh dan mengobservasi benda tersebut dan memperoleh informasi yang diperlukan. Dalam mata pelajaran biologi, contoh benda nyata adalah flora dan fauna yang dapat diobservasi secara langsung oleh siswa.Selain tahu pentingnya penggunaan media pembelajaran, Anda juga harus mengetahui karakteristik setiap media, potensi apa yang dimilikinya, apa kelebihan dan apa kekurangannya. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penggunaan media tertentu dalam pembelajaran. Setelah mengetahui karakteristik berbagai media, kita dapat menyeleksi media mana yang cocok untuk digunakan pada proses belajar mengajar tertentu. Terdapat tiga karakteristik media secara umum menurut Kemp (1985) yaitu: fixative, manipulative, dan distributive. Fixative property mengacu pada kemampuan media untuk merekam peristiwa, menyimpan, dan mereproduksi informasi bilamana diperlukan. Contoh media ini adalah: pita kaset audio dan video, sekarang ditambah dengan cd, vcd, dan dvd. Alat rekam dan putarnya adalah tape recorder, kamera, video player, cd/vcd/dvd player, televisi dan komputer.[4]
Sementara fungsi dari media pembelajaran menurut  McKnow ( Sihkabuden, 2005:19 )[5] media terdiri dari fungsi yaitu Mengubah titik berat pendidikan formal, yang artinya dengan media pembelajaran yang sebelumnya abstrak menjadi kongkret, pembelajaran yang sebelumnya teoritis menjadi fungsional praktis. Membangkitkan motivasi belajar Memperjelas penyajian pesan dan informasi. Memberikan stimulasi belajar atau keinginan untuk mencari tahu.
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) [6]bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
C.      Proses Komunikasi dalam pembelajan
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.Ketercapaian tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan komunikasi tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
a. Komunikator (Pengirim Pesan)
Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
b. Pesan yang disampaikan
Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima.
c. Komunikan (Penerima Pesan)
Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.
d. Konteks
Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif sangat mendukung keberhasilan komunikasi.
e. Sistem Penyampaian
Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau karakterisitik penerima pesan. (IGAK Wardani : 2005)[7]
Menurut Endang Lestari G dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi yang Efektif” ada dua model proses komunikasi[8], yaitu :
a. Model linier
Model ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Berkaitan dengan model ini ada yang dinamakan Formula Laswell. Formula ini merupakan cara untuk menggambarkan sebuah tindakan komunikasi dengan menjawab pertanyaan: who, says what, in wich channel, to whom, dan with what effect.


a. Model sirkuler
Model ini ditandai dengan adanya unsur feedback. Pada model sirkuler ini proses komunikasi berlangsung dua arah. Melalui model ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu komunikasi, karena komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik dari pihak penerima pesan.
Dengan demikian informasi dapat dilakukan bukan saja satu arah, hal ini akan melahirkan efektifitas dalam berkomunikasi. Sehingga pesan yang disampaikan akan mengenai sasaran.
D.     Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapatlah disimpulkan bahwa peran media sangat efektif didalam proses pemebelajaran , ketika dikomunikasikan dengan baik. Sebab proses komunikasi yang baik akan menimbulkan daya tangkap dan interaktif yang efektif serta mengena pada sasaran yang dituju. Media pembelajaran lewat komunikasi yang efktif akan menyampaikan pesan pemahaman dan pendalaman didalam proses pembelajaran dikelas. Siswa pun akan mengalami semangat dan rasa ingin tahu ketika dalam proses pembelajaranya di lengkapi dengan sarana media yang baik dan komunkasi yang efektif.
  
Daftar Pustaka
1.      www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
5.      http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/


[1]http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/
[3] Ibid

[4]http://massofa.wordpress.com/2008/11/05/peranan-media-pembelajaran-dan-pemilihannya-dalam-pembelajaran/
[5]www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
[6] Ibid

[7]http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/
[8]Ibid

Wednesday 28 November 2012

Konsep Dasar Bimbingan Konseling



Oleh : Maedi
A.    Pendahuluan
Kehidupan individu terkadang mengalami perubahan baik fisik ,psikis  maupun sosial, seiring dengan perkembangan dan perubahan waktu dan zaman. Semula ia sebagai anak, kini menjadi seorang individu yang memiliki penampilan fisik seperti orang dewasa walaupun dari aspek kognitif belum sesuai orang dewasa. Padahal tuntutan sosial cenderung meminta peran remaja agar berperilaku seperti halnya sebagia orang dewasa.[1]
Perubahan tersebut akan berdampak pada perkembangan remaja yang sedang mengalami  masa transisi atau proses pencarian jatidiri baik positif maupun negatif tergantung cara kita membimbing, mengarahkan dan mendidik. Sehingga memunculkan persoalan-persoalan yang cenderung  merugikan pribadi remaja itu sendiri maupun orang lain dalam hal ini orang tua.
Dikota-kota besar seperti Jakarta, bandung bahkan sudah merambah ke wilayah seperti Cirebon, tidak sedikit yang melakukan tindakan yang melanggar norma-norma sosial. Mereka tidak mau mengikuti aturan  karena dengan melanggar aturan menumbuhkan suatu kebanggaan tersendiri diatantara kelompoknya.[2]
Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama baik orang tua, sekolah maupun masyarakat. Untuk ruang lingkup sekolah maka peran guru, terutama BK sangat berpengaruh dan berperan penting  didalam melayani dan membimbing anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi masalah guna mencari solusi guru BK berperan sebagai konselor untuk membantu menyelesaikan masalah anak sehingga tidak menghambat proses pembelajaran . Agar tidak terjadi mis kominikasi antara bimbingan dan konseling ,maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian BK dan perbedaan antara bimbingan dan konseling kemudian disertai landasan BK
Mudah-mudahan bisa bermanfaat sebagai bahan referensi bagi guru BK didalam melaksanakan tugas konselornya di sekolah maupun dimana masyarakat membutuhkan.
B.     Pengertian Bimbingan Konselor ( BK )
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli, Pengertian tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Beliau mendefinisikan bimbinga adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951). Sementara pengertian konseling menurut menurut Division of Conseling Psychologi merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu.[3]
Guru BK memiliki peran yang sangat strategis didalam menyelesaikan masalah dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa.
Sebagaimana dikatakan Jones (1963), Tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing ( klein )[4]
Dari pendapat diatas sangat jelas bahwa peran BK sangat strategis untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar tidak menghambat proses belajar mengajar. Pada proses konselor berjalan seoarang guru BK didalam mengatasi dan menghadapi siswa yang sedang konsultasi dilakukan beberapa cara seperti ;
1.      Dilaksanakan secara individual
2.      Dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
3.      Dialakukan oleh ahlinya ( pakar psikolog )
4.      Proses pembicaraan mengarah pada solusi pemecahan masalah.
5.      Dikembalikan diri sendiri karena semuanya bertumpu pada diri  (Klien) tetapi tetap pada pemantauan selama di sekolah.[5]
C.    Perbedaan antara Bimbingan dan konseling
Persamaan dan perbedaan antara bimbingan dan konseling
1.      Hubungan antara bimbingan dan konseling
Menurut Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling. Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.
Moser dan Moser(dalam Prayitno, 1978:643) menyatakan bahwa di dalam keseluruhan pelayanan bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari proses pemberian bantuan.
Mortesen dan Schmuller (1976:56) menyatakan bahwa konseling adalah jantung hatinya program bimbingan.
2.      Persamaan antara bimbingan dan konseling
Persamaan antara bimbingan terletak pada tujuan yang hendak dicapai yaitu sama-
ama diterapkan dalam program persekolahan, sama-sama berusaha untuk memandirikan individu, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan.
3.      Perbedaan antara bimbingan dan konseling
Perbedaan antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang menyelenggarakan.
4.      Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian
informasi dan dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pada fungsi pencegahan, sedangakan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien.
Dari segi tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala sekolah, orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang telah terdidik dan terlatih.
Dengan kata lain, konseling merupakan bentuk khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan oleh konselor kepada klien secara individu.[6]
D.    Landasan BK
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
·         Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
·         Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
·         Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
·         Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
·         Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
·         Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
·         Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
·         Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
·         Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.[7]
E.     Kesimpulan
Peran dan tugas BK tidaklah mudah butuh sebuah terobosan guna mengungkap dan memecahkan masalah yang dihadapi para klein yang berkonsultasi . Agar tidak terjadi kesalapahaman, maka perlunya penjelasan mengenai perbedaan antara bombingan dan konseling yang sudah dipaparkan diatas . Termasuk didalamnya landasan dalam tataran pelaksanaan sebagai alat untuk mencanter terjadinya kesalahpahaman antara klein dengan konseling mka dibutuhan sebuah aturan baku yang jelas yangkni landasan BK.

Daftar Pustaka
1.      Agoes Dariyo, Psi ; Psikologi Perkembangan Remaja Penerbit Ghalia Indonesia Tahun 2004 Bogor
2.      H D Dadang Juhana, MPd ;  Makalah Bimbingan Konseling
3.      http://re-searchengines.com/hanindito1108.html

7.      Akhmadsudrajat.wordpress.com/.../landasan-bimbingan-dan-konselin...


[1] Agoes Dariyo, Psi ; Psikologi Perkembangan RemajaPenerbit Ghalia Indonesia Tahun 2004
[2] Ibid hal 109
[3]http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/12/pengertian-konseling.html
[4] Makalah dalam bentuk power poin tentang BK  oleh  D dadang suryana, MPd
[5] Ibid hal 5
[7]http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling/