Selamat datang Para Pembaca....! Jangan Pernah Bosen Dalam Mencintai Dan Jangan Pernah Berhenti Dalam Berfikir
Thursday 29 November 2012
Kedudukan Media Pembelajaran Dalam Konteks Komunikasi Pendidikan dan Dalam Sistem Pembelajaran
Oleh : Maedi
A. Pendahuluan
Disadari atau tidak era globalisasi
sudah berada ditengah-tengah kita. Keberadaanya sangat berpengaruh terhadap
pola fikir atau cara pandang masyarakat . Hal ini harus direspon dan
ditanggapai secara serius sehingga kita tidak ketinggalan informasi dan wawasan
pengetahuan. Terlebih bagi seseorang
yang konsen terhadap dunia pendidikan , maka harus diperhatikan dan
direspons secara serius. Kalau kita bersikap apatais maka kita akan ketinggalan
didalam mengakses informasi dan wawasan keilmuan.
Didunia pendidikan dinamika kelimuan
yang syarat dengan wawasan dan informasi begitu pesat, maka diperlukan ide kreatif
didalam mengemas dan mengelola sebuah lembaga pendidikan yang berorientasi pada
mutu peserta didik. Untuk menunjang dan menyeimbangkan harus ditopang dengan sarana dalam hal ini
media pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses
pengiriman informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu.
Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan
munculnya feedback dari pihak penerima pesan.[1]
Peran media pembelajaran sangat
penting didalam proses pembelajaran dikelas untuk memudahkan anak didalam
menerima informasi lewat pesan yang disampaikan guru ketika menyampaikan
materi. Seorang peserta didik akan dapat memperoleh pemahaman
atau pengetahuan dengan cara mengelola rangsangan dari luar yang ditanggapi
oleh inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran, maupun indera lainnya.
Semakin tanggap seseorang tentang obyek orang atau kejadian semakin baik pula
proses pengetahuan atau pemahaman yang dialami.Pada konteks inilah, media memainkan
perannya dengan membantu dan memfasilitasi peserta didik lebih mudah memahami
dan mengelola apa yang diterimanya. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar secara tepat dapat membantu menjadikan pengalaman belajar
lebih jelas. Edgar Dale (dalam Lataheru; 1988: 23)[2]
menyebutkan beberapa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar,
sebagai berikut: (1) Perhatian anak terhadap materi tinggi:(2) Anak didik
mendapatkan pengalaman kongkret; (3) Mendorong anak untuk belajar secara
mandiri; (4) Hasil yang dipelajari atau diperoleh anak didik sulit dilupakan.
B.
Peran dan
Fungsi Media dalam Pembelajaran
Ada tiga
kemampuan atau fungsi media menurut Gerlach dan Ely (dalam Ibrahim, 1982 :
10-11 ) [3]yang
meliputi :
1. Kemampuan
fiksatif ( Fixatif property)
Media memiliki mkemampuan menangkap, menyimpan, dan kemudian
menampilkankembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti
suatu obyek atau kejadian dapat digambar , dpotret, difilmkan, atau direkam
kemudian disimpan lama pada saat yang diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan
diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2. Kemampuan manipulatif (manipulative property)
Media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam
cara disesuaikan dengan keperluan. Artinya, penampilan suatu obyek atau
kejadian dapat dirubah-rubah ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang.
a. Kemampuan
distributive ( Distributive Property)
Media dapat menjangkau audience yang sangat banyak dalam sekali penampilan
obyek atau kejadian .
Sementara dalam konteks berlangsungnya proses belajar dengan segala
dinamikanya, media mempunyai fungsi atau peran untuk menghindari hambatan atau
gangguan komunikasi dalam poroses kegiatan belajar mengajar (idem, 1982: 12).
Secara garis besar peranan media yang dimaksud antara lain:
a. Menghindari terjadinya verbalisme
b. Membangkitkan minat atau motivasi
siswa;
c. Menarik perhatian siswa;
d. Mengatasi keterbatasan: ruang,
waktu, dan ukuran;
e. Mengaktifkan siswa dalam kegiatan
belajar: dan
f. Mengefektifkan pemberian
rangsangan untuk belajar.
Media dapat digunakan untuk keperluan
pembelajaran baik secara klasikal maupun individual. Dalam pembelajaran
klasikal, media menjadi bagian integral dari proses pembelajaran itu sendiri.
Melalui penggunaan media, siswa dapat terlibat langsung dengan materi yang
sedang dipelajari. Misalnya, penggunaan media realia atau benda nyata akan
memberikan pengalaman belajar (learning experiences) yang sesungguhnya kepada
siswa. Siswa dapat menyentuh dan mengobservasi benda tersebut dan memperoleh
informasi yang diperlukan. Dalam mata pelajaran biologi, contoh benda nyata
adalah flora dan fauna yang dapat diobservasi secara langsung oleh siswa.Selain
tahu pentingnya penggunaan media pembelajaran, Anda juga harus mengetahui
karakteristik setiap media, potensi apa yang dimilikinya, apa kelebihan dan apa
kekurangannya. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil yang optimal dari
penggunaan media tertentu dalam pembelajaran. Setelah mengetahui karakteristik
berbagai media, kita dapat menyeleksi media mana yang cocok untuk digunakan
pada proses belajar mengajar tertentu. Terdapat tiga karakteristik media secara
umum menurut Kemp (1985) yaitu: fixative, manipulative, dan distributive.
Fixative property mengacu pada kemampuan media untuk merekam peristiwa,
menyimpan, dan mereproduksi informasi bilamana diperlukan. Contoh media ini
adalah: pita kaset audio dan video, sekarang ditambah dengan cd, vcd, dan dvd.
Alat rekam dan putarnya adalah tape recorder, kamera, video player, cd/vcd/dvd
player, televisi dan komputer.[4]
Sementara fungsi dari media
pembelajaran menurut McKnow (
Sihkabuden, 2005:19 )[5]
media terdiri dari fungsi yaitu Mengubah titik berat pendidikan formal, yang
artinya dengan media pembelajaran yang sebelumnya abstrak menjadi kongkret,
pembelajaran yang sebelumnya teoritis menjadi fungsional praktis. Membangkitkan
motivasi belajar Memperjelas penyajian pesan dan informasi. Memberikan
stimulasi belajar atau keinginan untuk mencari tahu.
Fungsi media, khususnya media visual
juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) [6]bahwa
media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif,
fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual
dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran.
C. Proses Komunikasi
dalam pembelajan
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh
efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif
dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan
dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu
memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku
menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap
berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen
sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis.
Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha
mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.Ketercapaian tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan
komunikasi tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
a. Komunikator
(Pengirim Pesan)
Komunikator
merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas komunikator yang membuat
komunikan percaya terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
komunikasi.
b. Pesan yang
disampaikan
Pesan harus
memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan, adanya
kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan
penerima.
c. Komunikan
(Penerima Pesan)
Agar
komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan, sadar
bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan
yang diterima.
d. Konteks
Komunikasi
berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif
sangat mendukung keberhasilan komunikasi.
e. Sistem
Penyampaian
Sistem
penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang digunakan
dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau karakterisitik
penerima pesan. (IGAK Wardani : 2005)[7]
Menurut Endang Lestari G dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi yang
Efektif” ada dua model proses komunikasi[8], yaitu :
a. Model
linier
Model ini
mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana
proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan.
Berkaitan dengan model ini ada yang dinamakan Formula Laswell. Formula ini
merupakan cara untuk menggambarkan sebuah tindakan komunikasi dengan menjawab
pertanyaan: who, says what, in wich channel, to whom, dan with what
effect.
a. Model sirkuler
Model ini ditandai
dengan adanya unsur feedback. Pada model sirkuler ini proses komunikasi
berlangsung dua arah. Melalui model ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu
komunikasi, karena komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik
dari pihak penerima pesan.
Dengan demikian
informasi dapat dilakukan bukan saja satu arah, hal ini akan melahirkan
efektifitas dalam berkomunikasi. Sehingga pesan yang disampaikan akan mengenai
sasaran.
D. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapatlah disimpulkan bahwa peran media sangat efektif
didalam proses pemebelajaran , ketika dikomunikasikan dengan baik. Sebab proses
komunikasi yang baik akan menimbulkan daya tangkap dan interaktif yang efektif
serta mengena pada sasaran yang dituju. Media pembelajaran lewat komunikasi
yang efktif akan menyampaikan pesan pemahaman dan pendalaman didalam proses
pembelajaran dikelas. Siswa pun akan mengalami semangat dan rasa ingin tahu
ketika dalam proses pembelajaranya di lengkapi dengan sarana media yang baik
dan komunkasi yang efektif.
Daftar Pustaka
1.
www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
5.
http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/
[1]http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/
[3] Ibid
[4]http://massofa.wordpress.com/2008/11/05/peranan-media-pembelajaran-dan-pemilihannya-dalam-pembelajaran/
[5]www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
[6] Ibid
[7]http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/
[8]Ibid
Wednesday 28 November 2012
Konsep Dasar Bimbingan Konseling
Oleh : Maedi
A. Pendahuluan
Kehidupan
individu terkadang mengalami perubahan baik fisik ,psikis maupun sosial, seiring dengan perkembangan
dan perubahan waktu dan zaman. Semula ia sebagai anak, kini menjadi seorang
individu yang memiliki penampilan fisik seperti orang dewasa walaupun dari
aspek kognitif belum sesuai orang dewasa. Padahal tuntutan sosial cenderung
meminta peran remaja agar berperilaku seperti halnya sebagia orang dewasa.[1]
Perubahan
tersebut akan berdampak pada perkembangan remaja yang sedang mengalami masa transisi atau proses pencarian jatidiri
baik positif maupun negatif tergantung cara kita membimbing, mengarahkan dan
mendidik. Sehingga memunculkan persoalan-persoalan yang cenderung merugikan pribadi remaja itu sendiri maupun
orang lain dalam hal ini orang tua.
Dikota-kota
besar seperti Jakarta, bandung bahkan sudah merambah ke wilayah seperti
Cirebon, tidak sedikit yang melakukan tindakan yang melanggar norma-norma
sosial. Mereka tidak mau mengikuti aturan
karena dengan melanggar aturan menumbuhkan suatu kebanggaan tersendiri
diatantara kelompoknya.[2]
Hal
ini merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama baik orang tua, sekolah
maupun masyarakat. Untuk ruang lingkup sekolah maka peran guru, terutama BK
sangat berpengaruh dan berperan penting didalam melayani dan membimbing anak untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi masalah guna mencari
solusi guru BK berperan sebagai konselor untuk membantu menyelesaikan masalah
anak sehingga tidak menghambat proses pembelajaran . Agar tidak terjadi mis
kominikasi antara bimbingan dan konseling ,maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai pengertian BK dan perbedaan antara bimbingan dan konseling kemudian
disertai landasan BK
Mudah-mudahan
bisa bermanfaat sebagai bahan referensi bagi guru BK didalam melaksanakan tugas
konselornya di sekolah maupun dimana masyarakat membutuhkan.
B. Pengertian Bimbingan Konselor ( BK )
Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli,
Pengertian tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal
abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Beliau
mendefinisikan bimbinga adalah bantuan yang diberikan kepada
individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan
mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951).
Sementara pengertian konseling menurut menurut Division of
Conseling Psychologi merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan
perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan
pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu.[3]
Guru
BK memiliki peran yang sangat strategis didalam menyelesaikan masalah dan
mengembangkan potensi yang ada pada siswa.
Sebagaimana
dikatakan Jones (1963), Tugas pembimbing hanyalah membantu agar
individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan
terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing ( klein )[4]
Dari pendapat diatas
sangat jelas bahwa peran BK sangat strategis untuk membimbing dan mengarahkan
peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dan menyelesaikan
masalah yang dihadapinya agar tidak menghambat proses belajar mengajar. Pada
proses konselor berjalan seoarang guru BK didalam mengatasi dan menghadapi
siswa yang sedang konsultasi dilakukan beberapa cara seperti ;
1.
Dilaksanakan
secara individual
2.
Dilakukan dalam
suatu perjumpaan tatap muka
3.
Dialakukan oleh
ahlinya ( pakar psikolog )
4.
Proses
pembicaraan mengarah pada solusi pemecahan masalah.
5.
Dikembalikan
diri sendiri karena semuanya bertumpu pada diri
(Klien) tetapi tetap pada pemantauan selama di sekolah.[5]
C. Perbedaan antara Bimbingan dan konseling
Persamaan
dan perbedaan antara bimbingan dan konseling
1.
Hubungan antara bimbingan dan
konseling
Menurut
Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan
konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling.
Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan
kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun
cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan
konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang
mengalami masalah serius.
Pandangan
ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini,
Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978),
menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan
terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan
siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada
murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.
Moser dan
Moser(dalam Prayitno, 1978:643) menyatakan bahwa di dalam keseluruhan pelayanan
bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari proses pemberian bantuan.
Mortesen dan
Schmuller (1976:56) menyatakan bahwa konseling adalah jantung hatinya program
bimbingan.
2.
Persamaan antara bimbingan dan
konseling
Persamaan
antara bimbingan terletak pada tujuan yang hendak dicapai yaitu sama-
ama
diterapkan dalam program persekolahan, sama-sama berusaha untuk memandirikan
individu, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan
masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan.
3.
Perbedaan antara bimbingan dan
konseling
Perbedaan
antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang
menyelenggarakan.
4. Dari segi
isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian
informasi
dan dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pada
fungsi pencegahan, sedangakan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam
pertemuan tatap muka antara dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien.
Dari segi
tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala
sekolah, orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh
tenaga-tenaga yang telah terdidik dan terlatih.
Dengan kata
lain, konseling merupakan bentuk khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan
oleh konselor kepada klien secara individu.[6]
D.
Landasan BK
Membicarakan tentang landasan dalam
bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan
dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan
pendidikan secara umum.
Landasan dalam bimbingan dan
konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat
berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama.
Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu
akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan
dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh
akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu
sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien).
Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum
terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan
konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan
sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.
Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan
bimbingan dan konseling tersebut :
1. Landasan
Filosofis
Landasan filosofis merupakan
landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor
dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa
dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis
dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban
yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik
sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai
aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson,
Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah
mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
·
Manusia adalah makhluk rasional yang
mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
·
Manusia dapat belajar mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan
kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
·
Manusia berusaha terus-menerus
memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
·
Manusia dilahirkan dengan potensi
untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan
dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
·
Manusia memiliki dimensi fisik,
psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
·
Manusia akan menjalani tugas-tugas
kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas
kehidupannya sendiri.
·
Manusia adalah unik dalam arti
manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
·
Manusia adalah bebas merdeka dalam
berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut
perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan
menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
·
Manusia pada hakikatnya positif,
yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan
terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia
tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang
dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi
dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok
utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan
Psikologis
Landasan psikologis merupakan
landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku
individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan
konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah
tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c)
perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.[7]
E. Kesimpulan
Peran dan
tugas BK tidaklah mudah butuh sebuah terobosan guna mengungkap dan memecahkan
masalah yang dihadapi para klein yang berkonsultasi . Agar tidak terjadi
kesalapahaman, maka perlunya penjelasan mengenai perbedaan antara bombingan dan
konseling yang sudah dipaparkan diatas . Termasuk didalamnya landasan dalam
tataran pelaksanaan sebagai alat untuk mencanter terjadinya kesalahpahaman
antara klein dengan konseling mka dibutuhan sebuah aturan baku yang jelas
yangkni landasan BK.
Daftar Pustaka
1.
Agoes Dariyo,
Psi ; Psikologi Perkembangan Remaja Penerbit
Ghalia Indonesia Tahun 2004 Bogor
2.
H D Dadang
Juhana, MPd ; Makalah Bimbingan Konseling
3.
http://re-searchengines.com/hanindito1108.html
7. Akhmadsudrajat.wordpress.com/.../landasan-bimbingan-dan-konselin...
Subscribe to:
Posts (Atom)