Oleh
Maedi
Keindahan hidup itu terletak pada sejaumana hati kita menerima setiap
pemberian dari Allah,banyak maupun sedikit ,kesabaran dalam setiap ujian baik
maupun buruk, suka maupun duka.
Rentetan perjalanan hidup akan selalu menemui aral rintang dan kerikil
yang tajam yang sesekali akan melukai anggota tubuh kita. Kesedihan
kegembiraan, tangis dan tawa akan selalu mengisi ruang dalam hati setiap
insane.
Perselisihan ,perdebatan beda pandangan selalu kita saksikan baik di
”warung kopi” sampai dimedia televise
yang terkadang berakhir dengan perpecahan. Itu semua karena miskinya kearifan
dan gersangnya kebijaksanaan .
Kearifan dan kebijaksanaan bagian dari kebahagiaan hidup yang selalu
memandang perbedaan dalam kacamata “ cinta “
. Sehingga saat berjumpa dengan yang berbeda baik pada tataran sosial,
ekonomi maupun teologis maka sisi
humanism yang selalu dikedepankan bukan kedangkalan berfikir yang selalu
melahirkan kepicikan dalam bersikap.
Pada konteks sosial pendekatan “ cinta” akan selalu merajut benang yang kusut yang
salalu berupaya menyambung silaturahim bertukar fikiran dan selalu melakukan
kontak dialogis untuk menyamakan visi dan persepsi, selalu memandang dari sisi
kesamaan dan sekuat mungkin menghindari sisi perbedaan.
Pada tataran pendidikan , pendekatan “ cinta ” akan senantiasa berusaha untuk mengembangkan
potensi para peserta didik bukan dengan menghardik. Kunci kesuksesan dari
sebuah pendidikan adalah ketauladan dari para pendidik. Ketauladan hanya ada
pada jiwa – jiwa yang dalam hatinya ada aura
cinta yang terpancar dalam sikap dan perilakunya dalam aktifitasnya.
Dalam kehidupan ekonomi jiwa yang penuh cinta akan merasakan cukup apa
yang sudah diberikan. Mereka tidak banyak menuntut tetapi senantiasa banyak
berbuat ( ikhtiar ) mereka sedikit bicara tetapi banyak bekerja dan hasil
akhirnya mereka serahkan pada Zat yang maha kuasa.
Ketenangan, kedamaian dan kewibawaan akan senantiasa melekat pada
jiwa-jiwa yang penuh cinta. Dalam kehidupan spiritualnya mereka senantiasa
larut dalam gelora cinta pada Zat yang penuh cinta. Dinginya cuaca dan gelapnya malam bukan penghalang untuk “bercinta
dengan rabbnya “ justru suasana itu sebagai penyemangat. Lupan dan curahan hati
dia ungkapkan pada Zat yang maha bisa memberi solusi, lidahnya tidak pernah
berhenti dalam menyebut asmanya diiringi deraian airmata yang membasahi
pipinya. Itulah pantulan cinta dari sang pemberi Rahmat sehingga mahluk
sekitarnyapun merasakan aura cinta dari setiap langkah saat ia melakukan
aktifitas kehidupan di ruang nyata.
Pendekatan cinta butuh proses karena yang ditata bukan fisik tetapi jiwa
dan hati nurani. Proses penataanya bukan hanya dengan ilmu tetapi lebih
daripada itu. Ada upaya untuk mengamalkan ilmu yang didapatinya dengan selalu
memohon padaNya agar ilmu yang didapat bisa diamalkan dan selalu berharap agar
senantiasa mendapatkan bimbingan dariNya .
Kita bisa saksikan berapa banyak orang yang berilmu tetapi dengan
ilmunya justru memuncul kesombongan dan kecongkakan dalam jiwanya sehingga
dengan mudahnya menolak kebenaran dan merendahkan orang lain tanpa ada rasa
empati dan simpati. Telah hilang darinya kearifaran dan kebijaksanaan karena
hilangnya nilai-nilai ilahiyah dari jiwanya sehingga rapuh dari nilai-nilai
cinta dipojok hati nuraninya
Pendekatan cinta butuh kekuatan logika untuk bisa memahami pesan-pesan
Ilahiyah yang tersurat maupun tersirat sehingga akan melahirkan rasa empati dan
simpati pada lingkungan sekitarnya. Karena ia banyak belajar dari ayat-ayat
kauniyah yang ada disekitar lingkunganya, Keelokan dan kecantikan alam semesta
yang kita saksikan setiap hari bukti cinta sang pencipta pada ciptaanya (
mahluk ). Begitu pula manusia saat ia melakukan aktifitasnya kalau ia dasari
dengan rasa cinta maka hasilnya akan bisa dilihat indah . Cinta adalah bahas
universal yang hamper setiap insane akan merasakan keindahanya, kedamaianya
saat cinta bersemayam di lubuk hatinya . Cinta akan melahirkan semangat dan
ketulusan. Ketulusan inilah yang menjadikan setan tak berdaya untuk menggodanya
karena hatinya telah terpaut pada zat yang menanmkan cinta.
Maka pantaslah jiwa-jiwa yang dipenuhi rasa cinta hidupnya akan selalu
bahagia walau badai cobaan menerpanya. Saat ujian kesulitan menghampirinya dia
senantiasa sabar karena dia faham betul bahwa dibalik ujian aka nada keindahan
begitu pula saat duniawiyah mencukupinya ia senantiasa bersyukur dengan berbagi kesenangan
dan kegembiraan dengan lingkungan
sekitarnya
Mudahan – mudahan secuil dan secercah pemikiran ini bisa bermanfaat
terutama buat alfaqir
Wallahu’alam
No comments:
Post a Comment